Alergi makanan

Revisi sejak 22 Oktober 2025 21.37 oleh Budi (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Alergi makanan adalah reaksi sistem imun tubuh terhadap zat tertentu yang terdapat dalam makanan, yang dikenal sebagai alergen. Kondisi ini terjadi ketika tubuh salah mengidentifikasi protein dalam makanan sebagai ancaman, sehingga memicu respons imun yang dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari ringan hingga berat. Alergi makanan berbeda dengan intoleransi makanan, karena intoleransi tidak melibatkan sistem imun, melainkan respons tubuh yang be...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Alergi makanan adalah reaksi sistem imun tubuh terhadap zat tertentu yang terdapat dalam makanan, yang dikenal sebagai alergen. Kondisi ini terjadi ketika tubuh salah mengidentifikasi protein dalam makanan sebagai ancaman, sehingga memicu respons imun yang dapat menyebabkan berbagai gejala, mulai dari ringan hingga berat. Alergi makanan berbeda dengan intoleransi makanan, karena intoleransi tidak melibatkan sistem imun, melainkan respons tubuh yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa, dan dalam beberapa kasus dapat mengancam nyawa.

Penyebab

Alergi makanan terjadi ketika sistem imun menghasilkan antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE) terhadap protein tertentu dalam makanan. Paparan pertama terhadap alergen biasanya tidak memunculkan gejala, tetapi tubuh mulai "mengingat" zat tersebut sebagai berbahaya. Pada paparan berikutnya, antibodi IgE memicu pelepasan zat kimia seperti histamin, yang menyebabkan peradangan dan gejala alergi. Faktor genetik berperan besar dalam risiko seseorang mengalami alergi makanan, sehingga individu dengan riwayat keluarga alergi memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalaminya.

Jenis Makanan Pemicu

Beberapa jenis makanan diketahui lebih sering menjadi pemicu alergi dibandingkan yang lain. Alergen yang umum ditemukan meliputi:

  1. Kacang tanah
  2. Kacang pohon seperti almond, kenari, dan mete
  3. Susu sapi
  4. Telur
  5. Ikan
  6. Kerang seperti udang, kepiting, dan lobster
  7. Kedelai
  8. Gandum

Meskipun demikian, hampir semua makanan berpotensi menjadi alergen bagi individu tertentu.

Gejala

Gejala alergi makanan dapat muncul dalam hitungan menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan pemicu. Gejala ringan meliputi gatal-gatal pada kulit, bengkak di bibir atau lidah, dan ruam. Gejala yang lebih berat dapat berupa sesak napas, nyeri perut, muntah, dan diare. Dalam kasus ekstrem, alergi makanan dapat menyebabkan anafilaksis, yaitu reaksi alergi yang mengancam nyawa dengan penurunan tekanan darah drastis, kesulitan bernapas, dan hilangnya kesadaran.

Diagnosis

Diagnosis alergi makanan biasanya dilakukan oleh tenaga medis melalui wawancara riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan tes khusus. Tes yang umum digunakan meliputi skin prick test untuk melihat reaksi kulit terhadap alergen, serta pemeriksaan darah guna mengukur kadar IgE spesifik. Dalam beberapa kasus, dokter dapat melakukan uji tantangan makanan di bawah pengawasan ketat untuk memastikan pemicu alergi.

Penanganan

Penanganan utama alergi makanan adalah menghindari konsumsi makanan yang memicu reaksi alergi. Edukasi pasien sangat penting, termasuk membaca label makanan dengan teliti dan bertanya tentang bahan makanan saat makan di luar. Untuk reaksi ringan, obat antihistamin dapat digunakan untuk meredakan gejala. Namun, untuk reaksi berat seperti anafilaksis, diperlukan epinefrin yang diberikan melalui auto-injector seperti EpiPen.

Pencegahan

Pencegahan alergi makanan terutama dilakukan dengan menghindari paparan terhadap alergen yang diketahui. Bagi orang tua, pengenalan makanan baru pada bayi sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk memantau adanya reaksi alergi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan tertentu lebih awal dalam jumlah kecil dapat mengurangi risiko alergi, namun hal ini harus dilakukan dengan panduan medis.

Faktor Risiko

Faktor risiko alergi makanan meliputi riwayat keluarga dengan alergi, usia muda, dan adanya penyakit alergi lain seperti asma atau rinitis alergi. Anak-anak lebih rentan mengalami alergi makanan, meskipun beberapa jenis alergi dapat hilang seiring bertambahnya usia.

Perbedaan dengan Intoleransi

Alergi makanan melibatkan sistem imun, sedangkan intoleransi makanan biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh mencerna zat tertentu, seperti laktosa pada susu. Gejala intoleransi umumnya terbatas pada sistem pencernaan, sementara alergi dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh.

Dampak Sosial

Alergi makanan dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Mereka harus berhati-hati saat berinteraksi sosial yang melibatkan makanan, seperti menghadiri pesta atau makan di restoran. Ketakutan akan paparan alergen dapat menimbulkan kecemasan, dan anak-anak dengan alergi sering membutuhkan perhatian ekstra di sekolah.

Penelitian dan Perkembangan

Penelitian mengenai alergi makanan terus berkembang, termasuk upaya pengembangan imunoterapi oral untuk mengurangi sensitivitas terhadap alergen. Para ilmuwan juga mempelajari faktor lingkungan yang memengaruhi perkembangan sistem imun, seperti paparan mikroba di awal kehidupan.

Kesimpulan

Alergi makanan adalah kondisi yang serius dan memerlukan perhatian khusus dari penderita, keluarga, dan lingkungan sekitar. Dengan pengetahuan yang tepat mengenai pemicu, gejala, dan penanganan, risiko komplikasi dapat diminimalkan. Kesadaran masyarakat mengenai alergi makanan sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi semua orang.