Bacharuddin Jusuf Habibie, atau lebih dikenal sebagai B. J. Habibie, adalah Presiden Indonesia ketiga yang menjabat dari tahun 1998 hingga 1999. Ia dikenal sebagai tokoh teknokrat dan ilmuwan Indonesia yang berjasa dalam pengembangan teknologi, khususnya di bidang aeronautika. Sebelum menjadi presiden, Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia dan Menteri Negara Riset dan Teknologi selama beberapa dekade. Namanya dikenang sebagai salah satu putra bangsa yang memiliki kontribusi besar dalam memajukan industri strategis nasional, terutama melalui Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN).
Kehidupan Awal
B. J. Habibie lahir pada 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Ia merupakan anak keempat dari delapan bersaudara pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R. A. Tuti Marini Puspowardojo. Sejak kecil, Habibie menunjukkan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah ayahnya meninggal ketika ia berusia 14 tahun, Habibie melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas yang kemudian membawanya ke Institut Teknologi Bandung sebelum melanjutkan studi ke luar negeri.
Pendidikan dan Karier Awal
Pada tahun 1955, Habibie berangkat ke Jerman untuk melanjutkan pendidikan teknik di Universitas RWTH Aachen. Di sana, ia mempelajari teknik penerbangan dan konstruksi pesawat. Kemampuannya yang luar biasa membuatnya menjadi salah satu mahasiswa unggulan. Setelah menyelesaikan studi doktoralnya, Habibie bekerja di perusahaan penerbangan Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), di mana ia berperan dalam pengembangan berbagai proyek pesawat terbang dan teknologi aerodinamika.
Kembali ke Indonesia
Habibie kembali ke Indonesia pada tahun 1974 atas permintaan Presiden Suharto. Ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi, posisi yang dipegangnya selama lebih dari dua dekade. Dalam jabatannya, Habibie memimpin berbagai program pengembangan industri strategis, termasuk pendirian PT Dirgantara Indonesia dan pengembangan pesawat CN-235. Ia juga mendorong pengembangan teknologi maritim, persenjataan, dan telekomunikasi.
Wakil Presiden dan Presiden
Pada Maret 1998, Habibie diangkat menjadi Wakil Presiden Indonesia. Namun, akibat krisis ekonomi dan politik yang memuncak, Presiden Suharto mengundurkan diri pada Mei 1998, sehingga Habibie secara konstitusional naik menjadi Presiden Indonesia. Masa kepresidenannya berlangsung singkat, hanya sekitar 17 bulan, namun penuh dengan kebijakan penting yang mempengaruhi arah reformasi politik dan ekonomi negara.
Kebijakan Reformasi
Sebagai presiden, Habibie melaksanakan sejumlah kebijakan reformasi, antara lain:
- Membebaskan tahanan politik era Orde Baru.
- Menghapus pembatasan terhadap kebebasan pers.
- Mendorong desentralisasi kekuasaan ke daerah.
- Menyiapkan pemilihan umum yang lebih demokratis.
- Memberikan ruang bagi pembentukan partai politik baru.
- Melaksanakan referendum di Timor Timur yang berujung pada kemerdekaan wilayah tersebut.
Peran dalam Dunia Teknologi
Habibie memiliki visi besar dalam pengembangan teknologi nasional. Ia memperkenalkan konsep Habibie Factor dalam desain pesawat, yang berkaitan dengan efisiensi struktur dan material. Kontribusinya di bidang teknologi membuat Indonesia dikenal di dunia internasional sebagai negara yang mampu memproduksi pesawat terbang sendiri. Ia juga menginisiasi berbagai program beasiswa untuk mencetak tenaga ahli di bidang teknologi.
Kontroversi Timor Timur
Salah satu kebijakan yang paling kontroversial selama masa kepresidenan Habibie adalah pelaksanaan referendum di Timor Timur pada tahun 1999. Referendum tersebut menghasilkan suara mayoritas untuk merdeka dari Indonesia. Keputusan ini menuai kritik dari sebagian kalangan yang menilai bahwa prosesnya terlalu cepat dan berdampak pada kerusuhan yang terjadi setelahnya. Namun, Habibie berpendapat bahwa keputusan tersebut adalah bentuk penghormatan terhadap hak penentuan nasib sendiri.
Pengunduran Diri
Setelah pemilihan umum tahun 1999, Habibie menyampaikan laporan pertanggungjawaban di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Laporan tersebut ditolak oleh mayoritas anggota MPR, sehingga ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri kembali sebagai presiden. Posisi presiden kemudian diserahkan kepada Abdurrahman Wahid.
Kehidupan Setelah Kepresidenan
Pasca kepresidenan, Habibie tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan. Ia mendirikan Habibie Center, sebuah organisasi yang fokus pada pengembangan demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia. Habibie juga sering menjadi pembicara di berbagai forum internasional mengenai teknologi dan politik.
Warisan dan Penghargaan
B. J. Habibie menerima berbagai penghargaan dari dalam dan luar negeri atas kontribusinya. Di antara penghargaan tersebut adalah gelar doktor honoris causa dari beberapa universitas ternama, serta penghargaan atas jasa-jasanya dalam mengembangkan industri penerbangan. Ia dikenang sebagai sosok yang memadukan kecerdasan teknis dengan kepemimpinan politik.
Wafat
Habibie meninggal dunia pada 11 September 2019 di Jakarta akibat komplikasi kesehatan. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi bangsa Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata di samping makam istrinya, Hasri Ainun Besari. Sosoknya tetap hidup dalam ingatan masyarakat sebagai inspirasi bagi generasi muda untuk mengejar ilmu dan mengabdi bagi negara.