Eritromisin adalah suatu antibiotik yang termasuk dalam golongan makrolida, digunakan untuk mengobati berbagai infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif maupun beberapa bakteri gram negatif. Obat ini pertama kali ditemukan pada tahun 1952 dan berasal dari produk metabolit bakteri *Saccharopolyspora erythraea* (sebelumnya dikenal sebagai *Streptomyces erythraeus*). Eritromisin bekerja dengan cara menghambat sintesis protein bakteri, sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Karena efektivitasnya, eritromisin menjadi salah satu antibiotik penting dalam dunia kedokteran, terutama bagi pasien yang alergi terhadap penisilin.
Sejarah Penemuan
Eritromisin ditemukan oleh seorang peneliti bernama Abelardo Aguilar di Filipina yang bekerja untuk perusahaan Eli Lilly. Bahan aktif ini diisolasi dari bakteri tanah yang ditemukan di daerah Iloilo. Penemuan eritromisin menjadi terobosan penting karena memberikan alternatif pengobatan terhadap infeksi yang tidak dapat diatasi dengan antibiotik yang ada saat itu. Awalnya, eritromisin dipasarkan dengan nama dagang “Ilosone,” diambil dari nama daerah tempat penemuannya.
Mekanisme Kerja
Eritromisin bekerja dengan mengikat subunit 50S pada ribosom bakteri, sehingga menghalangi proses translasi RNA dan pembentukan protein. Mekanisme ini bersifat bakteriostatik, yang berarti obat menghentikan pertumbuhan bakteri tanpa langsung membunuhnya. Namun, dalam konsentrasi tinggi atau pada kondisi tertentu, eritromisin dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri). Mekanisme kerja ini mirip dengan antibiotik makrolida lainnya seperti klaritromisin dan azitromisin.
Indikasi Penggunaan
Eritromisin digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi, di antaranya:
- Infeksi saluran pernapasan atas (misalnya faringitis, tonsilitis)
- Infeksi saluran pernapasan bawah (misalnya bronkitis, pneumonia)
- Infeksi kulit dan jaringan lunak
- Otitis media
- Infeksi mata akibat Chlamydia trachomatis
- Pertusis (batuk rejan)
- Difteri sebagai terapi tambahan
- Pencegahan demam rematik
Dosis dan Pemberian
Dosis eritromisin bervariasi tergantung usia, berat badan, jenis infeksi, dan tingkat keparahan penyakit. Umumnya, dosis untuk orang dewasa berkisar antara 250 mg hingga 500 mg, diberikan setiap 6 jam. Eritromisin tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, seperti tablet, kapsul, suspensi, serta bentuk suntikan intravena. Pemberian obat ini sebaiknya dilakukan sebelum makan untuk meningkatkan penyerapan, kecuali jika menyebabkan gangguan pencernaan.
Efek Samping
Penggunaan eritromisin dapat menyebabkan beberapa efek samping, antara lain:
- Mual dan muntah
- Diare
- Nyeri perut atau kram
- Reaksi alergi seperti ruam kulit atau gatal
- Gangguan hati seperti hepatitis kolestatik
- QT prolongation yang dapat memicu aritmia
Efek samping ini biasanya ringan dan bersifat sementara, tetapi pada beberapa kasus dapat menjadi serius sehingga memerlukan penghentian terapi.
Kontraindikasi
Eritromisin tidak disarankan untuk pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap makrolida atau yang memiliki gangguan fungsi hati berat. Selain itu, obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada pasien yang memiliki riwayat gangguan irama jantung atau yang sedang menggunakan obat lain yang mempengaruhi interval QT pada elektrokardiogram.
Interaksi Obat
Eritromisin diketahui dapat berinteraksi dengan berbagai obat, seperti:
- Warfarin – meningkatkan risiko perdarahan
- Digoksin – meningkatkan kadar digoksin dalam darah
- Teofilin – meningkatkan risiko toksisitas
- Statin seperti simvastatin dan lovastatin – meningkatkan risiko rhabdomiolisis
- Obat antiaritmia – meningkatkan risiko gangguan irama jantung
Interaksi ini terjadi karena eritromisin menghambat enzim sitokrom P450 di hati, sehingga mempengaruhi metabolisme obat lain.
Resistensi Bakteri
Seperti antibiotik lainnya, penggunaan eritromisin yang tidak tepat dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Resistensi terhadap eritromisin biasanya terjadi karena perubahan target pada ribosom bakteri atau melalui mekanisme pompa keluar (efflux pump) yang mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Oleh karena itu, penggunaan eritromisin harus sesuai petunjuk dokter dan tidak boleh dihentikan sebelum waktunya.
Eritromisin dalam Oftalmologi
Eritromisin juga digunakan dalam bentuk salep mata untuk mengobati infeksi bakteri pada mata, seperti konjungtivitis. Salep mata eritromisin sering diberikan pada bayi baru lahir sebagai profilaksis terhadap infeksi mata yang disebabkan oleh *Neisseria gonorrhoeae* atau Chlamydia.
Penggunaan dalam Kedokteran Hewan
Dalam kedokteran hewan, eritromisin digunakan untuk mengobati infeksi bakteri pada hewan ternak dan hewan peliharaan. Obat ini diberikan secara oral atau melalui suntikan, dengan dosis yang disesuaikan untuk masing-masing spesies. Namun, penggunaannya harus diawasi oleh dokter hewan untuk mencegah munculnya resistensi.
Penyimpanan dan Stabilitas
Eritromisin harus disimpan pada suhu ruangan, terlindung dari cahaya langsung dan kelembaban. Sediaan suspensi oral biasanya memiliki masa simpan terbatas setelah dibuka dan harus dibuang jika sudah melewati tanggal kedaluwarsa. Stabilitas obat ini dapat menurun pada suhu tinggi atau kondisi asam.
Kesimpulan
Eritromisin adalah antibiotik makrolida yang memiliki peran penting dalam pengobatan berbagai infeksi bakteri, terutama pada pasien yang tidak dapat menggunakan penisilin. Penggunaan yang tepat, dosis yang sesuai, serta perhatian terhadap efek samping dan interaksi obat sangat penting untuk memastikan keberhasilan terapi. Dalam era meningkatnya resistensi antibiotik, kesadaran akan penggunaan eritromisin secara rasional menjadi semakin krusial.