Alel Dominan pada Tumbuhan: Studi Kasus Kacang Ercis

Revisi sejak 30 Juli 2025 09.28 oleh Budi (bicara | kontrib) (Batch created by Azure OpenAI)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Tanaman kacang ercis (Pisum sativum) merupakan organisme model pertama yang digunakan oleh Gregor Mendel untuk mempelajari pewarisan sifat. Melalui pengamatan pada kacang ercis, Mendel berhasil menjelaskan peran alel dominan dalam menentukan sifat tanaman.

Sifat-sifat Kacang Ercis yang Dipelajari

Beberapa sifat yang diamati Mendel meliputi warna bunga (ungu atau putih), bentuk biji (bulat atau keriput), dan warna biji (kuning atau hijau). Dalam setiap kasus, satu alel bersifat dominan, seperti alel untuk warna ungu dan biji bulat.

Hasil Persilangan Kacang Ercis

Pada persilangan monohibrid antara tanaman homozigot dominan dan homozigot resesif, generasi F1 seluruhnya menunjukkan sifat dominan. Pada generasi F2, sifat resesif muncul kembali dalam rasio 3:1, sesuai dengan hukum segregasi Mendel.

Pentingnya Studi Kacang Ercis

Penemuan peran alel dominan pada kacang ercis menjadi tonggak awal perkembangan genetika klasik, dan hingga kini masih digunakan sebagai dasar pemahaman mekanisme pewarisan sifat pada tumbuhan lain.