Kalsitonin adalah hormon peptida yang diproduksi terutama oleh sel parafolikular (sel C) di kelenjar tiroid pada vertebrata. Hormon ini berperan penting dalam pengaturan kadar kalsium dan fosfat dalam darah dengan menurunkan konsentrasi kalsium jika berada di atas batas normal. Kalsitonin bekerja secara antagonis terhadap hormon paratiroid (PTH) yang meningkatkan kadar kalsium darah. Pada manusia, fungsi kalsitonin tidak sepenting pada beberapa hewan, tetapi tetap digunakan sebagai penanda klinis dalam diagnosis penyakit tertentu.

Sejarah Penemuan

Kalsitonin pertama kali diidentifikasi pada tahun 1962 oleh Copp dan Cheney saat meneliti mekanisme pengaturan kalsium dalam tubuh. Awalnya, mereka mengira hormon ini diproduksi oleh kelenjar paratiroid, namun penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa sumber utamanya adalah sel C di kelenjar tiroid. Penemuan ini menjadi titik awal pemahaman tentang peran hormon dalam homeostasis mineral.

Struktur dan Sintesis

Kalsitonin merupakan polipeptida yang terdiri dari 32 asam amino dengan ikatan disulfida yang membentuk struktur cincin penting untuk aktivitas biologisnya. Sintesis kalsitonin terjadi di dalam retikulum endoplasma sel C, kemudian diproses di aparatus Golgi sebelum disekresikan ke dalam aliran darah. Kadar kalsitonin dalam plasma dapat meningkat sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium darah.

Mekanisme Kerja

Hormon ini menurunkan kadar kalsium darah dengan menghambat aktivitas osteoklas dalam tulang, sehingga mengurangi proses resorpsi tulang. Selain itu, kalsitonin meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal. Efek ini membantu mencegah hiperkalsemia dan mempertahankan keseimbangan mineral.

Regulasi Sekresi

Sekresi kalsitonin terutama diatur oleh kadar kalsium dalam darah. Jika kalsium meningkat, sel C akan melepaskan kalsitonin untuk menurunkannya. Faktor lain yang dapat memengaruhi sekresi meliputi:

  1. Peningkatan kadar gastrin dalam darah.
  2. Aktivasi saraf tertentu dari sistem saraf otonom.
  3. Paparan terhadap beberapa hormon gastrointestinal.

Peran Fisiologis

Pada manusia dewasa, peran kalsitonin tidak sepenting PTH atau vitamin D dalam pengaturan kalsium, tetapi hormon ini tetap berkontribusi pada:

  1. Pencegahan peningkatan kalsium darah secara tiba-tiba.
  2. Perlindungan tulang dari kerusakan akibat resorpsi berlebih.
  3. Regulasi metabolisme mineral pada kehamilan dan menyusui.

Kalsitonin pada Hewan

Pada beberapa spesies ikan dan burung, kalsitonin memiliki peran lebih besar dalam regulasi kalsium dibandingkan pada manusia. Pada ikan laut, misalnya, kalsitonin membantu mengatur kalsium yang diperoleh dari air laut. Perbedaan peran ini menunjukkan adanya variasi fisiologis antar spesies.

Kalsitonin Sintetis

Kalsitonin sintetis telah dikembangkan untuk tujuan medis, salah satunya berasal dari ikan salmon yang memiliki potensi biologis lebih tinggi dan waktu paruh lebih panjang dibandingkan kalsitonin manusia. Obat ini digunakan dalam bentuk injeksi atau semprotan hidung untuk mengobati penyakit tulang.

Aplikasi Klinis

Kalsitonin digunakan dalam terapi beberapa kondisi medis, seperti:

  1. Osteoporosis pascamenopause.
  2. Penyakit Paget pada tulang.
  3. Hiperkalsemia akibat kanker.

Selain itu, pengukuran kadar kalsitonin dalam darah dapat membantu mendiagnosis karsinoma meduler tiroid.

Pemeriksaan Laboratorium

Pengukuran kalsitonin biasanya dilakukan dengan metode immunoassay sensitif. Pemeriksaan ini sering dilakukan pada pasien dengan nodul tiroid untuk mendeteksi kemungkinan kanker meduler tiroid. Nilai normal bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan metode pengukuran.

Hubungan dengan Penyakit

Kadar kalsitonin yang sangat tinggi sering ditemukan pada pasien dengan karsinoma meduler tiroid, suatu tumor ganas yang berasal dari sel C. Sebaliknya, kadar rendah kalsitonin jarang memiliki implikasi klinis yang signifikan. Beberapa gangguan lain, seperti hiperplasia sel C, juga dapat meningkatkan kadar hormon ini.

Penelitian Terbaru

Penelitian terkini mengeksplorasi potensi kalsitonin dalam pengobatan nyeri kronis, terutama pada pasien dengan osteoporosis atau fraktur tulang belakang. Selain itu, modifikasi struktur kalsitonin sedang dikembangkan untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping. Studi juga meneliti perannya dalam metabolisme energi dan interaksinya dengan sistem saraf pusat.