Adaptasi Hewan di Lingkungan Gurun

Revisi sejak 25 Juli 2025 22.51 oleh Budi (bicara | kontrib) (Batch created by Azure OpenAI)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Hewan yang hidup di lingkungan gurun menghadapi tantangan yang sangat berat, seperti suhu ekstrem dan ketersediaan air yang sangat terbatas. Oleh karena itu, mereka telah mengembangkan berbagai bentuk adaptasi untuk bertahan hidup dan berkembang biak di habitat yang keras ini. Adaptasi tersebut dapat berupa perubahan fisiologis, morfologis, maupun perilaku.

Adaptasi Fisiologis

Banyak hewan gurun, seperti unta, mampu menyimpan cadangan air dalam tubuh mereka dan meminimalkan pengeluaran air melalui urine yang sangat pekat. Selain itu, beberapa spesies seperti kanguru tikus dapat memperoleh air hanya dari makanan yang mereka konsumsi, tanpa perlu minum.

Adaptasi Morfologis

Beberapa hewan memiliki struktur tubuh yang unik, seperti telinga lebar pada Fennec fox yang membantu melepaskan panas tubuh. Kulit yang tebal dan bulu yang jarang juga membantu mengurangi kehilangan air akibat penguapan.

Adaptasi Perilaku

Untuk menghindari panas yang berlebihan, banyak hewan gurun aktif pada malam hari (nokturnal) dan beristirahat di liang atau tempat teduh pada siang hari. Strategi ini membantu mereka mengurangi kebutuhan air dan menghindari dehidrasi.