Epinefrin
Epinefrin atau dikenal juga sebagai adrenalin adalah hormon dan neurotransmiter yang diproduksi oleh medula adrenal di dalam kelenjar adrenal. Zat ini berperan penting dalam respons melawan atau lari (fight-or-flight response) pada manusia maupun hewan. Epinefrin mempersiapkan tubuh untuk menghadapi situasi darurat dengan meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot, serta memicu pelepasan glukosa dari cadangan energi tubuh. Selain fungsi alaminya, epinefrin juga digunakan secara medis untuk menangani berbagai kondisi darurat.
Sejarah
Epinefrin pertama kali diisolasi pada awal abad ke-20 oleh ilmuwan Jepang bernama Jōkichi Takamine dan rekannya, setelah sebelumnya keberadaan zat ini telah dihipotesiskan oleh beberapa peneliti Eropa. Pada tahun 1901, Takamine berhasil memurnikan hormon ini dari kelenjar adrenal hewan. Penemuan ini kemudian memicu perkembangan obat-obatan yang memanfaatkan epinefrin untuk tujuan medis, termasuk sebagai obat suntik untuk reaksi alergi berat.
Struktur dan sifat kimia
Secara kimia, epinefrin termasuk dalam kelompok katekolamin bersama dengan norepinefrin dan dopamin. Molekul ini memiliki struktur yang mengandung cincin benzena dengan dua gugus hidroksil (catechol) dan rantai samping dengan gugus amina. Epinefrin larut dalam air dan memiliki sifat basa lemah. Dalam bentuk obat, epinefrin biasanya disediakan sebagai garam hidroklorida atau bitartrat untuk meningkatkan stabilitas.
Produksi dalam tubuh
Epinefrin diproduksi di medula adrenal melalui serangkaian reaksi enzimatis. Proses ini dimulai dari tirosina yang diubah menjadi L-DOPA, kemudian menjadi dopamin, norepinefrin, dan akhirnya epinefrin oleh enzim feniletanolamin-N-metiltransferase (PNMT). Produksi epinefrin dipicu oleh sinyal dari sistem saraf simpatik sebagai respons terhadap stres fisik atau emosional.
Fungsi fisiologis
Epinefrin mempengaruhi berbagai sistem tubuh, antara lain:
- Meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas otot jantung.
- Memperlebar saluran udara di paru-paru.
- Meningkatkan aliran darah ke otot rangka.
- Merangsang pemecahan glikogen menjadi glukosa di hati.
- Menghambat aktivitas pencernaan selama keadaan darurat.
Penggunaan medis
Dalam dunia medis, epinefrin digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi darurat, seperti:
- Anafilaksis, yaitu reaksi alergi berat yang dapat mengancam nyawa.
- Henti jantung mendadak.
- Serangan asma berat yang tidak merespons terhadap pengobatan lain.
- Sebagai vasokonstriktor dalam kombinasi dengan anestesi lokal untuk mengurangi perdarahan.
Cara pemberian
Epinefrin dapat diberikan melalui beberapa rute, antara lain suntikan intramuskular, subkutan, atau intravena. Pada kasus anafilaksis, epinefrin biasanya diberikan melalui auto-injektor seperti EpiPen. Dalam resusitasi jantung paru (RJP), epinefrin diberikan secara intravena untuk membantu memulihkan sirkulasi spontan.
Efek samping
Penggunaan epinefrin dapat menimbulkan efek samping, di antaranya:
- Peningkatan detak jantung (takikardia).
- Kegelisahan dan tremor.
- Sakit kepala.
- Tekanan darah tinggi.
- Gangguan irama jantung (aritmia).
Interaksi obat
Epinefrin dapat berinteraksi dengan berbagai obat lain, seperti beta blocker, obat antidepresan jenis inhibitor monoamine oksidase (IMAO), dan obat-obatan simpatomimetik lainnya. Interaksi ini dapat meningkatkan risiko efek samping atau mengurangi efektivitas terapi.
Penyimpanan
Sediaan epinefrin harus disimpan pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya langsung. Paparan panas atau cahaya dapat menyebabkan degradasi molekul sehingga mengurangi potensi terapinya. Biasanya larutan epinefrin berwarna bening; jika berubah menjadi kecokelatan atau keruh, sediaan tersebut sebaiknya tidak digunakan.
Regulasi dan ketersediaan
Di banyak negara, termasuk Indonesia, epinefrin merupakan obat resep yang hanya dapat diberikan oleh tenaga medis terlatih. Penggunaan tanpa pengawasan dapat berbahaya mengingat potensi efek sampingnya. Namun, produk auto-injektor untuk penanganan anafilaksis darurat dapat diresepkan untuk pasien dengan risiko tinggi.
Penelitian terbaru
Penelitian mengenai epinefrin terus berlangsung, baik dalam konteks farmakologi maupun aplikasi klinis. Sebagian studi fokus pada optimalisasi dosis dalam resusitasi jantung paru, sementara yang lain mengeksplorasi penggunaan epinefrin dalam penanganan syok septik atau kondisi kritis lainnya. Inovasi dalam formulasi dan perangkat penghantaran juga menjadi perhatian untuk meningkatkan keamanan dan kemudahan penggunaan.