Marasmus
Marasmus adalah salah satu bentuk malnutrisi energi-protein yang ditandai dengan kekurangan berat badan yang parah akibat kekurangan asupan kalori dan protein dalam jangka waktu lama. Kondisi ini paling sering ditemukan pada bayi dan anak-anak di bawah usia lima tahun, terutama di daerah dengan keterbatasan akses makanan bergizi. Marasmus dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani, karena tubuh mengalami penyusutan massa otot dan lemak secara signifikan, sehingga fungsi organ vital terganggu. Penyakit ini berbeda dari kwashiorkor, meskipun keduanya termasuk dalam kategori malnutrisi berat.
Penyebab
Penyebab utama marasmus adalah asupan energi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Hal ini bisa terjadi akibat kelangkaan pangan, kemiskinan ekstrem, bencana alam, atau konflik bersenjata yang mengganggu distribusi makanan. Selain itu, infeksi kronis seperti tuberkulosis, HIV/AIDS, atau diare berkepanjangan dapat memperburuk kondisi karena meningkatkan kebutuhan energi tubuh dan menurunkan nafsu makan.
Gejala
Gejala marasmus biasanya berkembang secara bertahap dan dapat dikenali melalui tanda-tanda fisik dan perilaku. Beberapa gejala yang sering muncul antara lain:
- Berat badan sangat rendah dibandingkan tinggi badan (wasting).
- Otot dan jaringan lemak tubuh sangat menipis.
- Wajah tampak seperti orang tua (old man face).
- Kulit kering dan keriput.
- Rambut tipis dan mudah rontok.
- Anak menjadi apatis atau mudah rewel.
Perbedaan dengan Kwashiorkor
Meskipun marasmus dan kwashiorkor sama-sama merupakan bentuk malnutrisi energi-protein, keduanya memiliki perbedaan mendasar. Marasmus lebih disebabkan oleh kekurangan total kalori dan protein, sedangkan kwashiorkor lebih sering dihubungkan dengan kekurangan protein tetapi asupan kalori masih ada. Pada kwashiorkor, pembengkakan (edema) sering terjadi, sedangkan pada marasmus tubuh tampak sangat kurus tanpa edema.
Dampak Kesehatan
Marasmus dapat mengganggu perkembangan fisik dan mental anak. Kekurangan nutrisi pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak, keterlambatan pertumbuhan (stunting), dan penurunan fungsi sistem imun. Anak dengan marasmus juga lebih rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang lemah.
Diagnosis
Diagnosis marasmus biasanya dilakukan dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) atau rasio berat badan terhadap tinggi badan, terutama pada anak-anak. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan tanda wasting yang parah. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan laboratorium untuk menilai kadar protein darah, elektrolit, dan menyingkirkan penyakit lain yang mendasari.
Penatalaksanaan
Penanganan marasmus memerlukan pendekatan bertahap untuk mencegah komplikasi. Langkah awal biasanya meliputi:
- Menstabilkan kondisi pasien dengan mengatasi dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
- Memberikan nutrisi secara bertahap, dimulai dari makanan cair rendah laktosa.
- Mengobati infeksi yang menyertai dengan antibiotik jika diperlukan.
- Memberikan suplementasi vitamin dan mineral.
- Mengawasi tanda vital dan respon tubuh terhadap pemberian nutrisi.
Pencegahan
Pencegahan marasmus melibatkan upaya untuk memastikan ketersediaan makanan bergizi yang cukup bagi semua kelompok usia, terutama anak-anak. Edukasi gizi kepada masyarakat, program pemberian makan di sekolah, dan dukungan bagi ibu menyusui sangat penting. Program imunisasi juga membantu mencegah penyakit infeksi yang dapat memperburuk malnutrisi.
Epidemiologi
Marasmus lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang, terutama di wilayah Afrika Sub-Sahara, Asia Selatan, dan beberapa daerah di Amerika Latin. Faktor sosial-ekonomi memegang peranan besar dalam prevalensi marasmus, termasuk kemiskinan, rendahnya pendidikan, dan kurangnya akses layanan kesehatan.
Komplikasi
Jika tidak ditangani, marasmus dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gagal jantung, hipotermia, hipoglikemia, dan bahkan kematian. Infeksi berulang juga menjadi masalah utama karena lemahnya sistem kekebalan tubuh.
Prognosis
Dengan penanganan yang tepat, anak dengan marasmus dapat pulih, meskipun beberapa mungkin mengalami dampak jangka panjang pada pertumbuhan dan perkembangan. Prognosis sangat bergantung pada tingkat keparahan saat diagnosis dan kecepatan intervensi medis.
Kesadaran Global
Organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF terus menggalakkan program untuk mengurangi angka kejadian marasmus melalui intervensi gizi darurat, distribusi pangan, dan peningkatan layanan kesehatan di daerah rawan pangan. Kesadaran dan keterlibatan masyarakat lokal menjadi kunci keberhasilan program-program ini.